Di balik Kelabu Desahku
Berdiam diri dalam senyap
Tak mampu bibir berkata
Pun tuk hanya sepatah ‘Ya’ atau ‘Tidak’
Hanya mampu mengangguk...
Dalam deru gemuruh qalbu dan desakan dada tertahan
“Sayang...,” Kau tutur
“Ini kewajibanmu...
Sejak buai dalam hidupku
Saat mata perlahan kau buka menatap dunia luas
Hingga kau kembali terbenam dalam gundukan”
Namun, qalbuku bergemuruh
Iyakah kewajibanku?! Iyakah ?!
Asing. Kau asingkan aku !
Kalian asingkan aku !
Sendiri nan terpuruk...
Fonisku, tega dan tak berperasaan, sungguh !
“Sayang...,” kau tutur
Kau harus meraihnya, menggapainya
Hingga kau bersinar bak bintang Tsurayya !”
Desahku...
Tak pernahkah kalian menoleh pada hatiku?
Bisu kelu bibirku kaku
Pedulikah kalian pada jerit hati yang tak ingin berpisah
Kau tinggalkan aku sendiri dalam asing
Kalian tinggalkanku sendiri
Tak seorangpun ku kenal.
Biginikah seharusnya...
Ibu... beginikah seharusnya...
Iyakah ayah...?
...ilmu...
Kenapalah kau harus pisahkan aku dengan mereka...
....
Mata ini terpejam...
Perlahan udara trhirup...
Perlahan mata ini terbuka
Dengan hembusan nafas teratur
Kau tunjuk tua berlilit sorban itu
“Sayang...
Itu adaalah kami untukmu
Penunjuk jalan terang
Hingga kami tersenyum bangga melihatmu
Dengan toga dan cahaya agung digenggamanmu...”
....
Desahku yang mengerikan !
Gemuruh qolbu yang teramat salah.
Sungguh teramat bodoh jika ego ku ikut.
Sungguh teramat kalah jika nafsu ku patuh...
Kau benar ibu...,ayah...
Tindak kalian tak keliru tinggal aku
Karena itu teramat memuliakanku
Karena itu teramat menghiasiku
Karena itu jadikanku bakti pada kalian...
Jadikanku hambaNya yang bersyukur
Maaf karena desah dan gemuruh qolbu keliru olehku...
`Jazmina Shofiya`