Ini Mitos, Tapi…
Sebenarnya ini
pengalaman kemarin pagi, tapi tak apalah menceritakannya sekarang,,,
Ceritanya…
Pagi itu,
tiba-tiba saja ada sehelai bulu mataku yang terjatuh. Maka memori otakku
berputar-putar mencari file yang berjudul
“Ketika bulu mata terjatuh” (#Ups!Maksa.com). aku ingat betul suatu
peristiwa ketika masih berada di pondok Hiksy bersama sahabat-sahabat berhati
peri dahulu. Yang berceletuk aneh tentang bulu mata. Kata mereka, “Kalau ada
sehelai bulu mata yang terjatuh, sebelum kalian membuang atau menyimpannya
cobalah untuk minta teman yang lain memegangi bulu mata itu, kemudian kita
memberi nama pada tiga jari; telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Berikan
nama orang-orang yang dekat atau siapa saja yang kita inginkan. Misalnya, telunjuk
untuk orang tua, jari tengah untuk sahabat, jari manis untuk si mr. X ( :D
hehehe), lalu pejamkan kedua mata dan mintalah teman yang memegangi bulu mata
kita meletakkannya di salah satu jari yang sudah diberi nama tadi. Jika teman
itu meletakkannya di telunjuk yang mewakili orang tua, berarti mereka tengah kangen pada
kita atau mereka tengah memikirkan kita. Begitu juga dengan yang lainnya.”
Hebatkan…?! Hehehehe,-
Nah…
Ketika pagi itu aku menemukan sehelai bulu mataku di pipi, aku
meminta temanku untuk melakukan hal itu. dan taukah, bulu mata itu diletakkan
temanku pada jari telunjuk yang ku beri nama mr.X, hehehe (cie….Hahaha,
membuatku GeEr tingkat tinggi) maka pagi itu, aku bahagiaaaaaaa sangat ! :D
Ternyata dia juga tengah merindukanku (_Ngarep:P_)
Bagiku ini lucu sekali, mempercayai hal-hal yang kebetulan sebagai
pertanda baik atau buruk. Bukan firasat. Mungkin semua orang yang sedang
terserang virus merah jambu akan mengalaminya. Haha…, apakah aku tengah
terserang virus itu saat ini? Hmmm kurasa tidak. Tapi…, bisa jadi-bisa jadi…
Atau mungkin sejatinya aku sedang merindu?! Aih…, ***maluMALU___ :D
:P xD
Merindu pada dia yang ditunjuki mitos. Huss!!! Tak boleh
mempercayai sesuatu selain kepada Allah !
“Allah…, Engkau
Maha Tau bahwa hatiku dipenuhi dengan pengharapan-pengharapan yang teramat
besar, membuat segala sesuatu sekecil apapun tentang dia menjadi kebahagiaan
tersendiri, menumbuhkan harapan-harapan yang semakin dalam”
Begini, sebisa mungkin aku tak akan pernah mempercayai sesuatu yang
dianggap pertanda buruk itu, dan aku akan mempercayai pertanda-pertanda baik.
Mempercayinya sebagai harapan-harapan indah yang akan aku titipkan kepada Sang
pemeluk segala harap dan mimpi. Karena mempercayai pertanda buruk akan
menjadikan fikiran negative. Jika fikiran negative sudah bersemayam, segala
perasangka buruk akan ramai, maka semesta akan menjadikannya benar-benar
terjadi. Begitu pula sebaliknya. Bukankah Allah itu sesuai dengan
persangkaan hambanya?
Akanku katakan, “Allah…,
aku menitipkan seluruh rasa dan pengharapan yang memenuhi hatiku kepadamu.
Tolonglah…, jika memang harapan itu bukan kebaikan bagiku untuk dekat denganMu,atau
dia yang ku harapkan memang bukan jalanku, maka hapuskan ia dari hatiku…, dan gantilah
dengan kebaikan-kebaikan yang bisa mendekatkanku padaMu. Tolonglah, lindungi
dari kemaksiatan kepadaMu”
Berharap memang berpeluang menemukan kekecewaan. Jika kau tak
berharap, maka tak akan ada kekecewaan jika saja harapan itu tak terbalaskan
atau memiliki jawaban yang berbanding terbalik sebagaimana yang kita
angan-angankan.
Allah…
Aku hanya ingin berharap kepadaMu yang tak pernah memberikan
kekecewaan. yang selalu memberikan apa yang memang terbaik untukku. Karena Kau
mengenalku lebih dari aku mengenal diriku sendiri…
...
_Ah, ya… siang ini secara kebetulan aku menemukan ‘Surat Yang Kau
Titipkan Untukku’ (Kutitip Surat Ini Untukmu...)_