“Entah kenapa, kamu seolah menjelma menjadi bagian kutub magnet yang berlawanan dari kutubku. Hingga aku tak kuasa untuk melepaskan diri darimu.”

Tak ada waktu yang terlama bagiku_karena ia selalu melesat cepat tanpa peduli apapun_selain waktu sunyinya hariku dari sayup-sayup merdu suaramu.
Terasa beradad-abad, tapi itu hanya sesaat saja bagi orang yang tak terserang pesonamu. Apa ini gila?! Tidak.

Akan ku pelihara rinduku dalam bait-bait do’a dan pengharapan. Akan ku ceritakan siapa engkau kepada Dia yang tak pernah bosan mendengarkanku. Akan ku titipkan seluruh hatiku padaNya Sang Pemelihara Seluruh.  
Apa kau tau?!

Ingin sekali menjejak bumiNya dengan mu. Menari seiring alunan music kasih-sayang yang bertalu-bertalu. Beterbangan, melayang-layang, mengangkasa sambil berpegangan tangan saling menjaga, tapi aku selalu tak bisa menggapaimu. Kadang, aku tak bisa mengepakkan sayapku, sedang sayapmu telah merekah dan mengepak-ngepak perkasa. Kau telah mengangkasa, sedang aku masih tertatih-tatih, satu demi satu mengeja jejak, terkadang mencari dataran tinggi dan berusaha mengepak, tapi aku selalu berdebam terjatuh, hanya bisa memandangmu yang menyapu angkasa sambil sesekali membuat jejak-jejak di pinggir pantai yang tersapu buih ombak. 

Ya, aku selalu tak bisa menggapaimu. Tanganku seolah menjelma menjadi tangan kurcaci yang tak sanggup memegang setangkai melati untukmu. Fikiranku selalu ingin mensejajari fikiranmu hingga engkau nyaman, tapi jejak-jejakmu terlalu gesit, melesat teramat cepat. Walau seluruh kekuatan telahku kerahkan, tetap saja aku tak mampu mensejajarimu, tak bisa beriringan satu-satu dalam langkah bersamamu. 

Seluruh engkau terlampau sulit ku raih. Menggambar wajahmu dalam imajinasikupun kadang tak mampu. Rasanya, aku tak bisa untuk sekedar singgah dalam fikirmu. Hanya mampu menembus istanamu dalam angan, dalam bening binar yang tertahan. Hanya isakan atau bulir yang mengalir bersama sesak hati yang penuh harap.

Tiba-tiba,

Aku hanyalah sehelai daun kering yang terombang-ambing tertiup angin. Yang tak kuasa melawan arah angin yang berhembus.

Maaf, tak selalu bisa mengimbangimu...  

Namamu tak pernah bosanku ceritakan pada Dia.
Pada Dia yang tak pernah bosan mendengarkanku. Dia yang ku tau, Selalu memberikan jalan terbaik untukku, kemarin, sekarang dan untuk selamanya.  

serpihan serpihan melati dalam pena . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates