Bapak, Ini Kisah Kita Berdua
Bapak, ini kisah kita berdua. Teruarai dalam bait-bait kata yang
tak indah, namun aku tetap ingin menghaturkannya padamu.
“Bagaimana kabarmu bapakku sayang?”
Aku selalu berharap kau tak pernah luput dari anugrah Allah, Tuhan kita
yang Maha Segalanya. Yang telah kau perkenalkan padaku sejak lengkingan suara
tangisku membaur bersama angin di bumi cintaNya. Aku memang tak tau pasti, tapi
hatiku teramat yakin akan hal itu. Bahwa, engkau telah membisikkan kalimat suci
tentang Tuhan di kedua telingaku.
Bapak.., lihatlah ! ini Shofiy kecilmu.
Kau yang telah banyak membantunya berpijak. Menuntun langkah-langkah
kaki mungilnya menapaki tanah coklat, bebatuan dan kerikil-kerikil tajam di
sebrang atau di persimpangan jalan. Menyebrangi sungai-sungai deras, danau yang
dalam dan hutan belantara angker, yang di dalamnya berseliweran hewan-hewan
buas dengan perut yang selalu kelaparan, dan siap menerkam mangsanya kapan
saja.
Sebenarnya, kau tak pernah menuturkan bagaimana jalan yang nantinya
akanku tempuh dalam duniaku. Yang terpenting bagimu adalah bagaimana langkah
kecilku yang tertatih-tatih bisa dengan mudahnya berjalan dan berlari. Melangkah
dengan anggun, namun pasti. Maka, kau iming-imingi aku bagaimana
menyenangkannya berjalan. Menyisir rumput di padang itu dengan langkah demi
langkah yang gemulai. Hinggaku tergoda, ingin segera mensejajari langkahmu yang
tengah sampai ke seberang. kau mungkin tampak tak peduli ketika tubuhku oleng
dan terjerembab karena aku tak mampu mengatur keseimbanganku, atau malah kau
akan tertawa seakan aku adalah badut yang lucu. Tapi aku tau, itulah bentuk
kepedulianmu. Kau seakan bertutur dengan bijak, “jangan pernah menyerah, anakku
sayang…kau pasti bisa melewatinya”
Bapak…
Ingat, tidak…
Ketika kita menekuri udara malam yang dingin di halaman rumah waktu
itu. berdiri di hamparan bumi yang tampak gelap kehitaman karena serbuan malam,
dan ada cahaya-cahaya berkilauan menyerbu dalam celah. Dalam dekapan
malam-malam yang cantik, kita bercengkrama bersama. Itu adalah moment terindah
yang paling ku minati. Kau mengajakku menatap langit yang ditaburi dengan
kerlap-kerlip bintang mengangkasa. Kemudian kau bertutur, “Hayo…, carilah
bintang yang paling terang dan bintang yang berjalan! Lalu kita hitung berapa
jumlahnya. Siapa yang paling banyak, dia yang menang.”
Kita mulai berkompetisi. Betapa ini sangat hebat. Memburu bintang
yang paling terang dan bintang yang bisa berjalan. Maka tekadku, aku harus
menemukannya ! harus bisa mengalahkan bapak ^_^. Penasaran sekali, bisa melihat
bintang yang bisa berjalan saat itu. dan aku akan bersorak-sorak gembira dengan
mengacungkan telunjukku ketika binarku tengah menemukannya. Kau adalah seorang
bapak yang benar-benar romantis. Dengarlah ! aku mencintaimu.
Banyak sekali
petuah-petuah bijakmu. Aku mengerti sesekali kau akan sangat keras. tapi,
kurasa, semua anak akan mengerti, bahwa itu untuk kebaikan mereka. Semua itu untuk
kebaikanku. Kau adalah pendidik ulung bagiku. Hingga aku bisa menemukan
duniaku. Pelindung fithrahku sebagai manusia. Bahasamu halus, teramat halus,
hingga ia menyusup dan menetap di titik hati teristimewaku. Tak ada yang
menggurui, tapi jika kau memiliki bahasa seperti itu, tak masalah. Karena itu
kewajiban bagimu untukku.
Bapak…,
Anakmu ini adalah seorang yang selalu mengagumimu. sesuatu yang
tersimpan dalam jantung hatinya tentang dirimu telah diabadikannya menjadi
sebuah kenangan terbaiknya, menjadi kekuatan dalam rapuhnya. Tapi, dia
terkadang sulit sekali membahasakan segala cintanya padamu dengan lisannya. Lidahnya
terlampau kaku jika bertutur tentang pengakuan cinta kasih dihadapmu.
Sekarang, Jika dia ada dihadapmu, tak ada sepatah katapun yang akan
kau dapati dari dirinya, yang ada hanya air mata yang mengalir di kedua
pipinya. Karena ia tak kuasa menahan haru yang tiba-tiba saja menyeruak.
Dan…, beginilah jadinya…
Jarak kita terlampau jauh, namun lekat Engkau di hatiku. Hanya do’a
yang mampu ku lantunkan untukmu, mengetuk pintu Tuhan agar Ia senantiasa bersamamu.
***
“Sanah hilwah, bapakku sayang…
Barokalloh fiy umrik. Semoga sehat selalu dan panjang umur. Dan semoga
Ridho Allah senantiasa menyertai.”
Aaamiiin
***
Hanya bisa melantunkan doa sederhana ini saja, karena sebenarnya
jasa bapak tak akan pernah ternilai oleh
lantunan beribu bait doa, tak akan pernah menjelma menjadi sebentuk hadiah,
apalagi sepenggal ucapan selamat tak berharga ini.
`Jazmina Shofiya`
_Maafin Shofiy, nggeeh…
Shofiy mohon doa dan keridhoanmu selalu_