Pada ruang ini, aku terduduk sendiri. Sesuatu tengah bergelut menemani pikir, bersenda dengan rasa, dan mulai merajut kisah. Senyum ini terkembang ketika melihatmu. Iya, ada opera menari-nari dihadapku. Dan padanya, ku lihat satu-satu dari dirimu melakoni peran masing-masing. Walau hanya dalam parade kenangan, namun banyak skrip yang telah kita lalui bersama dan bahkan mungkin masih ada skrip yang belum terperankan. Skenario ini masih panjang dan akan terus berlanjut. Tentu saja denganmu, sahabat… 

            Aku masih disini. Sendiri…

            Dan kau mulai mengukir senyum di wajahku. Aku ingin membentuk rasa dalam jejeran kata, walau tak mampu terdeskripsi sempurna, walau tak jua ternarasikan dengan indah. Semoga ia mampu mewakili diri ketika raga tak lagi dalam kebersamaan hingga kapanpun. 

Sahabatku yang baik,
Semoga Allah senantiasa menjagamu dimanapun engkau berada. Kau tahu ? senang sekali bisa mengenalmu. Berteman, bersahabat dan bahkan menjadi saudara untukmu. Awalnya, sungguh terasa asing. Bergelut sendiri di dunia yang sama sekali tak pernah ku jejaki sebelumnya. Semua serba baru. Menakutkan karena tak seorangpun ku kenal. Serba bingung, apa yang mesti aku lakukan. Bahkan menggerakkan kaki untuk mulai melangkah, aku tak kuasa. Semua harapan seolah hilang, resah menggerogoti. Lunglai, lemas dan air mata mulai merembesi pipi. Saat itulah…,  tanganmu terulur. Merangkulku, seolah berkata ‘jangan takut, kau tak sendiri, sahabatku…, kita akan lalui perjalanan dan perjuangan ini bersama-sama.’ 

            Benarlah, sejak itu, betapa aku selalu mempercayaimu. Kita merajut persahabatan dengan kasih sayang karena Allah. Kau akan selalu ada kapanpun dalam suka ataupun duka. Seperti bintang.
Iya, seperti bintang. Karena bintang selalu ada bagaimanapun situasinya. Walau seringkali cahayanya terkalahkan oleh matahari, walau terkadang sinarnya tehalangi oleh awan gelap dan kabut, tapi sesungguhnya ia selalu ada untuk memancarkan cahayanya tanpa pamrih.  

             Bersamamu, banyak kisah yang terajut. Puzzle kehidupan yang terpencar, perlahan mulai tersusun rapi. Kita saling merangkul, saling menguatkan ketika lemah menyergapi. Saling mengingatkan ketika sesuatu ada yang terlupa. Pun saling membimbing. Kau tak akan pernah membiarkan sahabatmu terpuruk atau tersesat. 

            Sahabat…
Aku butuh engkau dalam tiap jejak langkah hidupku. Karena tak mungkin mengecap cinta terindah ini tanpamu. Terimakasih…
Terimakasih untuk setiap hati-hari indah yang terluangkan untukku. untuk cinta dan kasih sayang. Untuk rangkulan hangat kasihmu. Untuk nyayian kehidupan yang kau lagukan. Terimakasih untuk kebahagiaan, keceriaan, senyuman, perlindungan yang kau tebarkan. 

            Sungguh maafkanlah aku,
Ketika raga ini seringkali menyakiti hati-hati mu. Menodai hati dengan tinta hitam milikku. Maafkan aku, telah membuat hati itu terluka.
Ingatkanlah selalu, ketika diri ini terlupa akan segala yang benar.
            Harapku,
Tetaplah tersenyum, berbahagia, saling berbagi, saling merangkul dan tetap menjadi sahabatku. Selamanya.
Sebab cinta dan kasih sayang yang ikhlas karena Allah akan abadi.

Jazmina Shofiya
11:56

serpihan serpihan melati dalam pena . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates