Lihat dan rasakanlah !

            Angin bertiup kencang siang ini. Daun-daun gugur beterbangan kesana kemari. Angin ini tak tentu arah, seolah mengamuk saja. tak jua terasa belaian lembutnya, melainkan mengibaskan tampar pada kulit. Sampah berserak tak berdiam, ikut beterbangan. Berbaur mengikut arah angin yang tak tentu. Angin musim apa ini? padahal baru saja kulit ini terbasuhi air sejuk. Sejuk seolah tergesa pergi, seperti seorang sibuk yang tak memiliki waktu untuk sekedar singgah. Disuruhnya keringat menggantikannya, ‘toh ada angin yang akan menghembuskan sejuk’, katanya.  Dia mengabaikan tugas angin siang ini. Tak diperhatikannya angin terseok tak tentu arah seolah kebingungan hendak bagaimanakah ia berhembus. Mungkin, sejuk memang terlalu sibuk ataukah aku yang terlampau berlebihan merasai angin siang ini. Entahlah…

            Ya, aku benar-benar merasaimu siang ini. Bak seorang bingung yang tersesat, lalu marah mengiringi hembus gusarmu. Atau jangan-jangan akulah seorang bingung itu sebenarnya. Ya, jangan-jangan semua yang terasa ini kebalikannya, bahwa akulah seorang bingung yang tersesat, diliputi marah dan gusar itu. lalu aku membawa-bawa tingkahmu siang ini pada rasaku. Aku tak tahu aku yang menyeretmu ataukah kamu yang menyeret anganku. Rasaku, aku yang dibawa serta olehmu bukan sebaliknya. Tapi pikirku, akulah yang membawamu serta. Ah, lalu kenapa ?! kenapa marah ? kenapa gusar ? Dan jawabanku hanya satu dalam tiga suku kata; ‘Aku Tidak Tahu!’. Nah lho…, aku bingung. Akulah seorang bingung itu !

            Aku serba tak tahu jawaban atas apa yang sesungguhnya terasa, terpikir dan terjadi. Aku serba tak tahu jawaban atas semua itu. lalu aku harus bagaimana ? bahkan atas semua pertanyaan yang muncul ini, haruskah ku ulangi lagi jawabanku ?! jawaban dariku hanya itu. sama seperti sebelumnya.

            Entahlah..entahlah…

            Kau dengar desah nafasku ini, angin…? Desahan nafas yang berat. Berat karena tertumpuki oleh khawatir dan ketakutan-ketakutan. Jangan bertanya lagi kenapa aku diliputi takut dan khawatir. Karena tetap saja jawabanku tak berubah. Dunia ini sungguh membuatku merinding.

            Sudahlah, angin…

Tak usah kita hiraukan siapa yang terseret dan siapa yang menyeret lagi. Banyak kata yang tak mampu ditafsiri, banyak makna terserak dan belum tersibak. Lemah terlampau lekat pada diri, hanya Dia letak kekuatan. Maka aku ingin bersujud dalam mihrabNya, memeluk dalam dekapNya. Hanya Ia letak jawaban atas pertanyaan yang terserak. Sudikah kau membawa tiap doa yang terlafaz atau tak terlafazkan, permohonan untuk tetap dalam rengkuhanNya di setiap pijakan kaki di dunia fana ini.

            Kau masih belum reda, angin…

            Hembusanmu masih terseok tak menentu, masih terasa menampar, dan aku masih diliputi ribuan pertanyaan atas apa yang terasa, terpikir dan terjadi. Sepertinya, kita memang sama-sama tengah kebingungan.


Jazmina Shofiya


Senin, 27 Oktober 2014

serpihan serpihan melati dalam pena . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates