Kamis, 07 Mei 2015 

            Ingin bicara tentang keresahan hati yang gelisah. Tentang pertemanan, persahabatan, persaudaraan denganmu, dengan kalian yang mengenalku. Ini tentang pengakuan akan kesalahan yang sering ku lakukan tanpa aku sadari. Aku pernah katakan bahwa jika kau mengenalku dengan berbagai tingkah laku sebagaimana adanya aku sekarang, dan seringkali ada hati yang tersinggung, memuakkan atau apapun dariku yang membuat terluka, mohon maafkanlah. Maafkan tiap laku diri yang keliru. Karena aku tak pernah tahu apa yang tersirat atau mungkin tak peka terhadap keadaan hingga tingkahku kadang tak terkendali. Tak munafik, hatikupun seringkali terusik oleh hal-hal yang tak mengenakkan dari tingkah laku kalian, padahal tak ada yang salah atas perilakumu. 

            Kalau dipikir-pikir, sungguh sangat melelahkan ketika shu’uzhon, rasa tersinggung, iri, dengki, benci dan seabrek kejelekan mulai menggergoti hati. Padahal, ketika merenungkan kembali, semua itu hanya membuat diri sendiri lelah, menyiksa diri sendiri dengan pikiran-pikiran negatif. Dan ketika menelisik ulang dan merenungkan kembali, sebenarnya tingkah laku atau apapun yang tersampaikan dari kalian itu adalah hal yang baik dan tak keliru, lantas kenapa hati tergerogoti berbagai hal negatif ? aku juga kadang tak mengerti. Ya, bisa jadi aku iri karena bukan aku yang bertingkah baik, atau lebih menyedihkan lagi rasa tinggi hati yang bercokol terlalu akut --merasa aku lebih tinggi, jadi akulah yang mestinya lebih pantas menyampaikan kebaikan bukan dia atau kamu--. Waaah sangat parah ternyata kesombongan dan keegoisan yang bersemayam. Bukankah seorang yang memiliki rasa sombong di hatinya tak akan dapat mencium bau syurga? Mencium aja enggak boleh, apalagi memasukinya ?!

            Aku setuju dengan apa yang dikatakan Fahd Djibran bahwa “Kesombongan adalah enggan menerima kebaikan dan kebenaran dari mereka yang tidak kita sukai.” Ya, karena sudah terlanjur tak menyukai seseorang, kebaikan apapun yang ia lakukan selalu salah dan tak kita terima. Jika itu nasehat, maka kita tak akan mendengarkan nasehat-nasehatnya. Jika itu perilaku, maka kita akan mencibirnya. Astaghfirulloh… 

            Tak tersadar, ternyata kesombongan memang selalu ada di hati ini. Maka sahabat, maafkanlah… maafkanlah…

Sambil menata hati, memperbaiki diri terus menerus, saling mengingatkan dan menasehati satu sama lain dan sering-sering memuhasabah diri, itulah yang mesti dilakukan saat ini. Semua penyakit hati yang bercokol hanya akan menggerogoti senyuman di wajah kita, merampas kebahagiaan dan ketenangan jiwa, dan terkadang menimbulkan keretakan dalam pertemanan, persahabatan dan persaudaraan. 

            Begitulah,

            Sulit memang membersihkan hati dari hal-hal seperti itu, tapi tak apa…, tugas kita hanya selalu berusaha memperbaiki diri terus menerus dan membersihkan diri dari akhlak tercela, walau tak mampu sesempurna nan seketika, tapi memang begitulah manusia. Tak ada yang sempurna dan suci. 

Ini kesalahan yang seringkali kulakukan tanpa ku sadari. Maka dengan ini, aku memohon maaf pada kalian. Terimakasih karena selalu membuka hati untuk tetap menjadi sahabatku. Pertengkaran-pertengkaran kecil ini ku harap menjadikan persahabatan dan persaudaraan kita semakin erat dan harmonis hingga tak ada yang terputus selamanya. Tetaplah saling mencintai karena Allah.

08:39
Jazmina Shofiya

serpihan serpihan melati dalam pena . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates