Para Ababil menyerbu kudeta pasukan gajah,
Seluruh alam berseru;
Yang Terpuji telah lahir! Yang Terpuji telah lahir!
Seketika, cahaya menyingkap selimut gelap dunia
Lalu kasih sayang bertebaran pada alam
Dan manusia, tak lagi kehilangan pegangan.
Ya !
Dia telah hadir.
Dia Muhammadku, Rasulku.
Juga Muhammadmu, Rasulmu.
Wahai Muhammad Rasulullah…
Ini kami,
Ummatmu yang kau cintai dengan sebenar-benarnya cinta,
Namun tak memiliki cinta yang sebenar-benarnya untuk mencintaimu.
Ini kami,
Ummatmu yang demi keselamatan mereka, kau rela korbankan apapun.
Namun tak rela mengorbankan apapun untukmu.
Enggan menyisihkan waktunya untuk amalkan sunnahmu,
Enggan menghembuskan nafasnya melafadzkan sholawat untukmu.
Ini kami,
Ummatmu yang tak sekalipun kau lupakan barang sedetikpun,
Bahkan yang selalu kau sebut saat detik-detik akhir hidupmu;
“Ummatku…, ummatku…”
Namun, tak selalu memiliki daya ingat untuk mengingatmu.
Ah, ini kami
Ummatmu akhir zaman, yang tersilaukan gemerlapnya perkara dunia.
Ummatmu yang terlampau pelupa dan tak tahu teriamakasih.
Wahai Muhammad Rasulullah…
Ini kami,
Ummatmu yang tak mampu menghadirkan
Suguhan istimewa dalam perjamuan denganmu
Ini kami,
Ummatmu, yang tak tahu malu
Memohon syafa’atmu,
Memohon izin untuk bertatap muka denganmu sepuas-puasnya.
Berkenankah engkau ?
Ataukah,
Kamilah yang tak sanggup menengadahkan wajah menatapmu
Bahkan tak sanggup sekedar menghembuskan nafas
Jika kau tepat berada di hadapan kami saat ini ?!


 Jazmina Shofiya
#Puisi 



















serpihan serpihan melati dalam pena . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates