"waktu dulu,
tatkala bening mataku mengerjap-ngerjap memandangmu,
ada halus yang mendobrak-dobrak jantungku
aku terkesiap,  kemudian bisu.
namun hatiku riuh berdendang rindu.
waktu,
berdetak berdenting...
detik,  menit,  jam,  hari,  minggu,  bulan...
aku bisu.
namun hatiku riuh berseru; kamu.
kau lenyap.

waktu
membungkamku
membekukanku di ruang kosong ;
aku beku menunggu
pada sepi,  tanpa apapun... segaris gambarmupun tak. apalagi sepatah kata darimu.
lalu ku panggil sehelai putih,
biar ku gores nama kecilmu disana
karena bisuku hanya memilikinya saja.

sejak itu,
kupaksa bisuku bersuara
menyerukan dendang hati yg tersesaki rindu
agar aku tak terlampau miskin memiliki sehelai kertas saja.

Bisikku bersuara
terbang bebas menuju seluruh
maka aku semakin kaya lagi
kini seluruh menggemakan bisikku yang bersuara.

waktu...,
berdetak detik, menit,  jam,  hari, minggu,  bulan tahun,
dan terus...
nihil.
tapi bisikku yang bersuara tetap menggemakan seluruh
dan goresan namamu di sehelai putih masih tersemat

aku tahu,
Tuhan akan selalu mengabulkan doa-doa.

waktu...
sekarang,
telah bertutur padaku
saat kabut membuat bayang nyatamu buram di kedua bola mataku."

Jazmina Shofiya
"Dulu atau sekarang,  ternyata cintaku sama saja..."
Senin, 16 Mei 2016

serpihan serpihan melati dalam pena . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates